Jakarta - Kosongnya kursi Gubernur Bank Indonesia setelah ditinggal Boediono menarik perhatian banyak kalangan terkait sosok impian pemimpin bank sentral yang baru. Ada yang beranggapan, Gubernur BI yang baru harus bersifat fleksibel dan inovatif.
Demikian disampaikan Ketua Komite Tetap Perdagangan Dalam Negeri Kadin Indonesia Bambang Soesatyo dalam pesan singkat yang diterima detikFinance, Minggu (17/5/2009). "Pemerintah dan DPR harus menghadirkan sosok Gubernur BI yang fleksibel dan inovatif. Fleksibilitas dan inovasi pimpinan BI diperlukan untuk menerobos kebuntuan yang terjadi pada sektor jasa pembiayaan saat ini," katanya.
Kebuntuan yang dimaksud Bambang ditandai dengan sulitnya menurunkan suku bunga kredit meskipun BI Rate sudah diturunkan berkali-kali.
Karena itu, dalam pemilihan Gubernur BI nanti, pemerintah dan DPR diminta untuk fokus pada sosok yang memiliki perhatian pada penurunan suku bunga kredit agar bisa menggerakkan sektor riil.
"Untuk memulihkan kinerja sektor riil dan kegiatan ekonomi rakyat, BI perlu dipimpin sosok yang fleksibel dan inovatif," katanya.
Fleksibilitas layak dimiliki oleh pemimpin bank sentral untuk dua tujuan. Pertama adalah agar BI tetap berkemampuan menjaga stabilitas sistem perbankan dan kedua agar BI mampu memulihkan fungsi intermediasi bank.
"Sektor riil kini merasakan akses ke sektor pembiayaan menyempit akibat melemahnya fungsi intermediasi bank. Pun harus inovatif agar bisa menurunkan suku bunga dan memulihkan likuiditas bank, terutama ketersediaan dana jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan investasi baru," katanya.
Salah satu kriteria yang cocok dengan kriteria ini adalah Darmin Nasution yang baru saja terpilih menjadi Deputi Gubernur Senior BI.
Menurut Bambang, ketika mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di DPR, Darmin memaparkan, BI tetap harus berorientasi pada pengendalian laju inflasi, perluasan akses pembiayaan dan meningkatkan efisiensi sektor keuangan.
"Darmin juga memberi sinyal tentang target suku bunga. Dia mematok bunga pinjaman (kredit) 9 persen, dan bunga tabungan/deposito di kisaran 5 persen. Agar formula itu terbentuk, inflasi harus bisa dikendalikan di level 3 persen. Untuk mewujudkan target itu, dibutuhkan pimpinan BI yang inovatif. Salah satunya adalah segera merealisasikan poling fund," katanya
Demikian disampaikan Ketua Komite Tetap Perdagangan Dalam Negeri Kadin Indonesia Bambang Soesatyo dalam pesan singkat yang diterima detikFinance, Minggu (17/5/2009). "Pemerintah dan DPR harus menghadirkan sosok Gubernur BI yang fleksibel dan inovatif. Fleksibilitas dan inovasi pimpinan BI diperlukan untuk menerobos kebuntuan yang terjadi pada sektor jasa pembiayaan saat ini," katanya.
Kebuntuan yang dimaksud Bambang ditandai dengan sulitnya menurunkan suku bunga kredit meskipun BI Rate sudah diturunkan berkali-kali.
Karena itu, dalam pemilihan Gubernur BI nanti, pemerintah dan DPR diminta untuk fokus pada sosok yang memiliki perhatian pada penurunan suku bunga kredit agar bisa menggerakkan sektor riil.
"Untuk memulihkan kinerja sektor riil dan kegiatan ekonomi rakyat, BI perlu dipimpin sosok yang fleksibel dan inovatif," katanya.
Fleksibilitas layak dimiliki oleh pemimpin bank sentral untuk dua tujuan. Pertama adalah agar BI tetap berkemampuan menjaga stabilitas sistem perbankan dan kedua agar BI mampu memulihkan fungsi intermediasi bank.
"Sektor riil kini merasakan akses ke sektor pembiayaan menyempit akibat melemahnya fungsi intermediasi bank. Pun harus inovatif agar bisa menurunkan suku bunga dan memulihkan likuiditas bank, terutama ketersediaan dana jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan investasi baru," katanya.
Salah satu kriteria yang cocok dengan kriteria ini adalah Darmin Nasution yang baru saja terpilih menjadi Deputi Gubernur Senior BI.
Menurut Bambang, ketika mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di DPR, Darmin memaparkan, BI tetap harus berorientasi pada pengendalian laju inflasi, perluasan akses pembiayaan dan meningkatkan efisiensi sektor keuangan.
"Darmin juga memberi sinyal tentang target suku bunga. Dia mematok bunga pinjaman (kredit) 9 persen, dan bunga tabungan/deposito di kisaran 5 persen. Agar formula itu terbentuk, inflasi harus bisa dikendalikan di level 3 persen. Untuk mewujudkan target itu, dibutuhkan pimpinan BI yang inovatif. Salah satunya adalah segera merealisasikan poling fund," katanya